Senin, 21 Agustus 2017

Prinsip dasar bahan bakar diesel ( diesel Fuel )

Hiii sobat pembaca...
malam ini ane akan coba psoting tentang prinsip dasar dari bahan bakar yaa..
Tujuanya biar sobat bisa dikit-dikit tau tuh dari mana sih bahn bakar tuh di prosesnya.
langsung aja yaahh..

Pengetahuan Umum Bahan Bakar Diesel

Diesel fuel merupakan hasil proses distilasi terhadap  crude oil, dengan cara memanaskan crude oil. Gambar berikut menunjukkan proses distilasi sehingga diperoleh diesel fuel. Crude oil dituangkan dari bagian atas tower pemisah dan dipanaskan pada bagian bawah. Akibat proses pemanasan diperoleh berbagai tingkatan hasil distilasi berdasar boiling point yang berbeda.
Fuel yang digunakan pada diesel adalah light diesel oil yang memiliki boiling Point 240º C-350º C dan dihasil dari proses distilasi setelah  karosene.  Field  dari jenis  light diesel oil ini sesuai dipergunakan untuk diesel engine kecil maupun besar kecepatan tinggi. Komatsu merekomendasikan light diesel oil untuk engine Komatsu.
Hal – hal penting yang perlu diperhatikan pada spesifikasi fuel adalah :
•  Specific Gravity 
Fuel dengan viskositas dan  boiling point tinggi memiliki  specific gravity yang lebih tinggi dari pada fuel dengan viskositas dan  boiling point rendah. Pada temperatur konstan dan panjang langkah injeksi yang sama diperoleh jumlah bahan yang diijinkan lebih banyak dibanding dengan specific yang tinggi.
•  Flash Point 
Fuel dengan  flash point rendah lebih mudah penyalaannya (ignition), perlu penanganan yang hati-hati terhadap  fuel dengan point rendah.  Flash point  merupakan nilai yang lebih menunjukkan temperatur penyalaan bahan bakar.
•  Kandungan sulfur
Kandungan sulfur pada  fuel akan bereaksi dengan oksigen pada saat pembakaran sehingga menghasilkan Asam Sulfat  (Sulfuric Acid).  Asam sulfat ini akan bersifat korosif terhadap engine. Maksimum kandungan sulfur pada  fuel 0.5 % dengan jadwal penggantian oli setiap 250 Hm.Bila kandungan sulfur pada fuel  lebih tinggi dari 0.5 % jadwal penggantian oli harus dipercepat.
•  Pour Point 
Pour point menunjukkan temperatur terendah  fuel dapat mengalir.  Pour point  yang tinggi mengakibatkan fuel  susah mengalir sehingga mengakibatkan kemampuan starting menjadi buruk.
•  Cetane Number 
Cetane number merupakan nilai yang menunjukkkan kemudahan pembakaran  fuel. Cetane number sangat menentukan kemudahan start dan pembakaran.  Cetane number rendah mengakibatkan pembakaran yang kurang bagus misalnya terjadi pembakaran tunda (detonasi), sulit start, pada temperatur rendah tercampurnya oli oleh  fuel yang tidak terbakar. Sedangkan Cetane number yang terlalu tinggi mengakibatkan pembakaran terlalu mudah sehingga terjadi knocking pada ruang bakar.
•  Ash Content 
Ash pada  fuel sebenarnya terdiri dari tiga tipe yaitu particle padat  (solid particle), campuran garam inorganic (in organic salt solution) dan  oli soluble organic. Rata-rata kandungan  ash (ash content) pada  fuel   di Diesel oil adalah 0.02 – 0.03 %. Kenaikan kanduingan ash disebabkan oleh debu dan kotoran dari luar. Masing-masing produk engine memiliki spesifikasi  fuel yang dipersyaratkan dalam penggunaan.Gunakan spesifikasi fuel  sesuai rekomendasi dalam mengoperasikan engine.


Penanganan Fuel 

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menangani fuel adalah:
•  Fuel  harus ditangani secara hati–hati agar tidak terjadi kontaminasi terhadap air,debu,kotoran atau minyak tanah.
•  Jangan menggunakan pompa dan hose  bergantian untuk diesel fuel, karosene dan oli.
•  Bila fuel  disimpan dalam drum, maka:

  1. Tempatkan drum terlindung dari sinar matahari atau panas. 
  2. Tumpuk drum pada posisi mendatar dan posisikan tutup drum tertutup oleh  fuel   (tutup  fuel pada posisi jam 3 atau jam 9). 

•  Gunakan fuel resevoir (fuel tank) untuk penyimpanan fuel dalam skala besar dan pastikan adanya drain cek untuk membuang endapan atau air.


GLOSARIUM
Additive     : bahan tambah. 
Anti foam     : sifat oli untuk tidak mudah berbusa. 
Anti Rust / corrosion     : sifat oli memisahkan debu dan mencegah korosi. 
Anti wear      : sifat oli untuk mencegah keausan. 
Ash content      : besarnya kandungan debu pada fuel. 
Bearing      : berfungsi untuk mengurangi gesekan dan keausan serta hilangnya tenaga akibat bagian yang saling berputar. 
Belt      : Pemindah tenaga melalui kontak antara  belt dengan  pulley penggerak dan  pulley yang digerakkan. 
Boiling point     : titik didih dari suatu material. 
Bolt     : fasteners yang digunakan sebagai pasangan dari nut. 
Cetane number      : merupakan nilai yang menunjukkkan kemudahan pembakaran  fuel. Cetane number sangat menentukan kemudahan start dan pembakaran. 
Clamp     : digunakan untuk pengikat pada penyambungan hose ke pipa logam. 
Coloumb (Q)      : banyaknya muatan listrik (elektron) yang mengalir melalui suatu titik pada sebuah penghantar. 
Coolant      : zat cair yang digunakan pada circuit pendingin engine.  
Density     : berat jenis. 
Drop point      : titik leleh, merupakan titik suhu pada saat grease mulai mencair akibat panas.  
Electrolyte battery     : material pada battery yang membuat material aktif seperti plate dan asam sulfat (sulfuric acid) terjadi reaksi kimia sehingga battery dapat menghasilkan arus. 
Extreme pressure memperbaiki ketahanan oil terhadap tekanan. 
Fasteners     : pengencang yang digunakan untuk menggabungkan beberapa  parts atau komponen menjadi suatu komponen assembly. 
Flash point     : merupakan nilai yang lebih menunjukkan temperatur penyalaan bahan bakar. 
Gasket      : mencegah kebocoran cairan melalui permukaan bidang  kontaknya terhadap komponen yang dirakit dan bersifat static. 
Key     : pasak, digunakan sebagai lock antara roda sisi atau pulley tehadap shaft. 
Konduktor      :  Material yang dapat mengalirkan arus listrik, konduktor juga dapat dikatakan sebagai bahan yang atom–atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil dari empat pada lintasan (kulit) terluar. 
Leverage/Mechanical lever      : alat yang digunakan untuk meneruskan dan menambah gerakan dan gaya. 
Liquid       : suatu zat atau material yang berbentuk cair. 
Nut      : merupakan fasteners dengan aplikasi pemakaian sebagai pasangan dari bolt. 
Pin     : digunakan sebagai  fasteners pada bagian parts yang bergerak dan sebagai pengunci (lock) serta sebagai pelurus posisi parts yang saling disambungkan. 
Pour point      : menunjukkan temperatur terendah fuel dapat mengalir.  
Pressure     : gaya pada satuan luas. 
O-ring     : berfungsi sebagai seal akibat tertekan (squeezed) pada komponen.  
Oxidation inhibitor       : sifat oli terhadap peristiwa oksidasi. 
Resistance      : hambatan, merupakan perlambatan kecepatan elektron bebas yang berjalan melalui sebuah logam, satuan hambatan listrik adalah ohm dan simbolnya adalah F.  
Screw     : merupakan salah satu jenis fasteners yang bentuknya hampir sama dengan bolt atau capscrew, akan tetapi berukuran kecil. 
Seal      : digunakan sebagai penyekat atau perapat pada bagian yang saling disambungkan terhadap kebocoran cairan, udara, debu, dan menjaga tekanan. 
Snap ring     : merupakan pendukung yang berfungsi sebagai lock penempatan posisi atau penahan (retainer), 
Spesific gravity      :   rapat relatif, merupakan perbandingan (rasio) dan berat jenis (density) suatu zat cair diperbandingkan dengan berat jenis air murni. 
Stud      : merupakan salah satu jenis  fasteners berupa steel rod yang memiliki  thread pada kedua ujungnya. 
Tensile strength     : Kekuatan tarik dari suatu bahan. 
Thread     : Ulir, thread dibedakan atas thread kasar (coarse thread) dan thread halus (fine thread). 
Viscosity     : kekentalan, merupakan ukuran kemampuan suatu cairan untuk mengalir.
Washer      : merupakan cincin penutup yang digunakan antara bolt ataupun nut terhadap parts atau komponen yang diikat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar